Siapa sih ya ngga pake whatsapp dan instagram? Dua medsos ini milik raja sosmed facebook yang emang buanyak bingit penggunanya. Dari anak kecil, bapak-bapak, sampai opa-opa ngga ada yang ngga tau, semuanya tau.
Setelah postingan sebelumnya ngomongin banding-bandingan kebahagiaan seseorang dari postingan instagram, sekarang giliran aku menjabarkan beberapa perbedaan instagram story dan whatsapp status versiku. Versiku ya, guys….
Instagram story. Tidak semua orang kuizinkan mengakses informasi tentangku -sebut saja private account. Meskipun begitu, tetap ada deretan orang-orang yang sengaja aku hide dari story-ku. Siapa aja? Dosen-dosenku dan adikku. Hehehe. Siapa lagi? Orang-orang yang bukan golongan circle-ku yang aku sendiri merasa tidak nyaman dengannya. Orang-orang yang dikit-dikit komen, “Ihh alay, gitu aja dibuat story.” Padahal kalau dipikir-pikir instagram story-ku ngga alay-alay banget, lhoh. Ya ngga?
Instagram story ajang pamer? Enggak lah! Mau pamer apa? Wkwkw. Kalau mau pamer mah sebenarnya bisa-bisa aja, sih, pamer menang lomba (Lomba apa? Wkwkw. Ettdaah kayak sering menang aja lu, Vi, haha), tapi aku pribadi ngga pernah tuh unggah story menang lomba, like: “Ngapain semua orang harus banget tau tentang pencapaian kita.” Yang ini beda cerita dengan postingan story proses lomba, prosesnya ngga papa, tapi hasilnya biar aku saja yang tahu, aseeek. Anw, bukan berarti aku ngga respect sama orang-orang yang unggah postingan menang lomba, ya. Aku turut bahagia yang jelas, kumaknai itu sebagai bentuk rasa syukur mereka dan ladang motivasi untuk orang lain, termasuk diriku. Beneran, jadi motivasiku, “Wah keren kali ya dia bisa menang lomba banyak bett.”
Whatsapp status memang lebih privacy daripada Instagram. Cerita keseharianku lebih banyak kutuangkan di sini. Secara konten sebenarnya ngga beda jauh dengan Instagram story, hanya dalam proses pengemasan dan kuantitasnya saja yang sedikit berbeda. Di mana whatsapp lebih sering dan lebih santay. Bila kamu orang yang bisa melihat whatsapp status-ku, artinya kamu termasuk orang-orang pilihan yang kuizinkan mengetahui aktivitas keseharianku hingga curahan hati ringan milikku.
Hide berapa orang? Untuk saat ini ada 106 kontak dengan alasan yang sama dengan instagram. Rata-rata tiap status yang kuunggah dilihat oleh 30 orang (belum termasuk orang-orang yang sengaja mematikan tanda centang biru) dan itulah yang kusebut orang-orang pilihan.
Masih berbicara tentang whatsapp status. Beberapa hari yang lalu aku sempat terngiang-ngiang dengan suatu gagasan berbalut tanda tanya, “Sebenarnya, semua story aka status–mu itu kamu tujukan ke siapa, sih?” Iya juga, ya. Mau mengelak sekeras apapun pasti tetap terbesit tujuan ‘agar dilihat’. Dilihat siapa?
Semenjak saat itu, aku berhasil merumuskan sendiri gap-gap status agar dilihat oleh siapa. Bila sedang ingin curhat, sengaja hanya kubagikan dengan 1–4 orang terpercaya saja dengan harapan ada yang me-reply. Ini mungkin terdengar sinting, tapi tak jarang hanya kubagikan pada satu orang yang paling kupercaya, tak lain adalah kamu. Yihaaa….
Kulonprogo, 25 Agustus 2020.