Kok Ngga Pernah Nulis Lagi?

Terakhir nyeloteh di sini sekitar setahun lalu, lah udah di penghujung 2021 aja, sedangkan aku masih kebingungan mau mulai dengan kalimat apa.

Beberapa waktu lalu, ada yang melontarkan kalimat seperti di judul di atas kepadaku dan membuatku bergumam sebentar. Hehe ada juga yang nungguin. Entah aku yang pura-pura sibuk atau memang sedang digerogoti rasa malas yang luar biasa hingga enggan sekali membuka laptop untuk bercerita.

****

Anw, ada yang udah dengerin kolaborasinya Nisa Sabyan dan Natta Reza? Kekasih Impian, bagus ya? Lagu ini yang membawaku kemari, memberikan sinyal kecil untuk menjangkau kembali hal yang sudah-sudah melalui tulisan, termasuk niat ngomongin lagu.

Katanya, salah satu hal yang membuat seseorang mudah merasa dejavu adalah lagu dan suara. Keduanya mengajak kita kembali ke masa lalu. Lagu yang dulunya sering kita putar tidak pernah gagal membawakan ciri khas suasana kala itu. Bener ngga? Berikut adalah lagu-lagu versiku dan gambaran suasananya.

  • Dia (Sammy Simorangkir)

Lagu ini sangat familiar untuk telingaku tahun 2013-2014. Tiada hari tanpa lagu ini. Benar sekali, lagu ini kuatur sebagai nada alarm tiap jam tiga pagi. Maklum masih SMP, jadi masih semangat belajar UN mati-matian biar bisa masuk SMA Teladan, hehe. Teori tentang lagu yang dijadikan alarm akan selalu mempunyai kesan menyebalkan adalah benar. Setuju ngga?

  • Payphone (Maroon 5)

Lagu ini membawaku kembali ke masa-masa tujuh tahun lalu. Saat itu aku sedang kesal-kesalnya dengan penghuni rumah, terutama Bapak, lantaran memakiku padahal bukan aku yang membuat kesalahan. Hampir tiap hari, tiap jam, tiap menit lagu ini diputar saat aku mengurung diri di kamar. Sedihnya, rasa kesal ini bersautan dengan kalimat motivator dua hari sebelumnya, “Mulailah mendengarkan lagu-lagu yang happy, kalau masih suka lagu-lagu sedih yang ada bakal ngaruh ke UN-mu, nggak akan sukses.” Katanya sih gitu, tapi nyatanya sih enggak. Wkwk.

  • All Of Me (John Legend)

Hampir tiap hari lagu ini menemani dukaku menjalani GVT (Gladhi Vidya Teladan, semacam orientasi siswa baru menengah atas tapi yang ini spesial) di perantauan (cielah Kulon Progo–Jogja merantau apaan wkwk). Anak kecil lagi lulus SMP tiba-tiba harus merasakan kehidupan yang mendadak berubah. “My head is under water but im breathing fine.” Lirik yang sungguh mewakiliku.

  • Amin Paling Serius (Nadin Amizah dan Sal Priyadi, dibawakan oleh Rey dan Feby)

Lagu ini kuputar seratus kali selama nungguin giliran tampil MTQMN di Aceh 2019, maklum tampil hari terakhir. Mengingat damainya Aceh. Bagaimana tidak, seusai subuh mendengar sautan tilawah sepanjang lorong asrama, teriknya matahari siang bersama es teh tarik kantin yang ramai mahasiswa dari berbagai penjuru Indonesia, orennya langit senja dari jendela lantai tiga bersamaan dengan lantunan suara Al-qur’an pengeras masjid, dan hal lain yang terangkum detail di dalam lagu ini.

  • Aisyah Istri Rasulullah (Syakir Daulay)

Ini lagu yang paling kubenci sepanjang masa melebihi bencinya lagu Dia (Sammy Simorangkir). Bagaimana tidak, lagu ini dipopulerkan pada awal pandemi COVID-19 dimana aku sedang dibuat overthink berkali lipat karena memikirkan judul skripsi yang selalu ditolak. Tiap malam mataku terbelalak, dibiarkan menatap atap nganggur dengan bayang-bayang gagal lulus S1. Semua dipaksa online dan benar-benar rasa penjara. Ngga ada teman sambat, ngga ada sinyal internet. Betapa malam-malam hujan deras harus pergi sendirian mencari sinyal untuk menemukan satu topik skripsi yang sungguh menyebalkan sedunia akhirat.

  • Melukis Senja (Budi Doremi)

Bosan banget untuk yang satu ini. Lagu ini benar-benar menemaniku ngerjain proposal sampai sidang skripsi. “Meski berat, kau tak merasa sendiri. Kau t’lah berjuang, menaklukkan hari-harimu yang tak mudah.” Ini beneran dulu aku berharap ada orang (spesial) yang mengatakannya untukku saat masa-masa sulit itu, namun nyatanya aku sendiri yang mengatakannya untuk diriku sendiri. Haha. #Mengsedih.

  • Pesan Terakhir (Lyodra M. Ginting)

Setiap kali jogging pagi maupun sore selalu diawali dengan lagu ini, berharap tua kelak ingat kalau muda sering olahraga bersama banyak orang di tempat yang berbeda-beda.

Ini ceritaku, mana ceritamu?

Fatwa Arvi Utami
Kulon Progo, DI Yogyakarta

2 pemikiran pada “Kok Ngga Pernah Nulis Lagi?”

Tinggalkan komentar